Setiap umat Islam tentu mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan utama dalam segala aspek kehidupan. Beliau bukan hanya diutus sebagai penyampai risalah, tetapi juga sebagai sosok yang mempraktikkan akhlak mulia dalam keseharian. Salah satu sifat agung yang begitu melekat pada diri Nabi Muhammad adalah kedermawanannya. Kedermawanan beliau bukan sekadar dalam bentuk materi, tetapi juga dalam perhatian, kasih sayang, dan kepedulian terhadap orang lain. Kehidupan Rasulullah menunjukkan bahwa berbagi bukanlah perkara berapa banyak yang dimiliki, melainkan seberapa besar keikhlasan hati dalam memberi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya.” Hadits ini menjelaskan bahwa kedermawanan Nabi selalu ada sepanjang waktu, namun pada bulan Ramadhan sifat tersebut semakin tampak nyata. Hal ini mengajarkan bahwa berbagi sebaiknya dilakukan kapan pun, namun ada waktu-waktu tertentu yang membuat nilai pahala semakin besar.

Kedermawanan Nabi tidak terbatas pada orang-orang dekat atau sahabat saja, tetapi meluas kepada siapa pun tanpa membeda-bedakan latar belakang. Beliau selalu memperhatikan kaum fakir miskin, anak yatim, para janda, bahkan para musafir yang membutuhkan pertolongan. Beliau tidak pernah menolak permintaan orang yang datang, meskipun terkadang beliau sendiri berada dalam keadaan kekurangan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah sering kali mendahulukan kebutuhan orang lain daripada dirinya sendiri, bahkan sampai beliau harus mengikat batu di perutnya untuk menahan lapar.
Sikap ini menunjukkan bahwa berbagi bukan hanya persoalan kemampuan harta, tetapi juga soal kemauan hati yang tulus. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa sedekah sekecil apa pun, jika diberikan dengan ikhlas, memiliki nilai besar di sisi Allah. Beliau bahkan bersabda dalam hadits riwayat Muslim: “Setiap sedekah dengan sebiji kurma dari hasil yang halal, maka Allah akan menerima dengan tangan kanan-Nya, kemudian Allah kembangkan untuk orang itu sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak kudanya, hingga menjadi sebesar gunung.” Hadits ini menegaskan bahwa Allah akan melipatgandakan balasan bagi siapa pun yang bersedekah, meskipun kecil nilainya.
Kedermawanan Rasulullah juga tampak dalam bagaimana beliau memotivasi sahabat-sahabatnya untuk saling berbagi. Beliau tidak hanya memberi contoh dengan tindakan, tetapi juga mendorong umatnya untuk mencintai sedekah. Rasulullah sering mengingatkan bahwa harta yang sesungguhnya dimiliki adalah apa yang telah diberikan di jalan Allah, sedangkan yang disimpan bisa lenyap atau berpindah tangan. Dari pengajaran ini, umat Islam belajar bahwa harta bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk menggapai ridha Allah dan membantu sesama.
Lebih jauh lagi, kedermawanan Nabi juga mencerminkan kasih sayang beliau terhadap umat manusia. Dalam setiap kesempatan, beliau selalu menekankan pentingnya berbagi kepada mereka yang membutuhkan, sebab hal itu akan mempererat persaudaraan, menumbuhkan cinta kasih, dan menumbuhkan keadilan sosial. Rasulullah menjadikan sedekah sebagai ibadah yang bernilai ganda, yakni mendekatkan diri kepada Allah sekaligus menebarkan kebaikan di tengah masyarakat.
Salah satu momen yang menunjukkan kedermawanan Nabi adalah ketika beliau mendapat harta rampasan perang. Alih-alih menyimpannya untuk diri sendiri, beliau justru segera membagikannya kepada kaum fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Beliau tidak pernah menyimpan harta untuk kepentingan pribadi, melainkan mengutamakan kepentingan umat. Hal ini menjadi bukti bahwa kedermawanan sejati adalah ketika seseorang rela mendahulukan orang lain, meskipun dirinya juga membutuhkan.
Kedermawanan Rasulullah bukan hanya soal materi, tetapi juga dalam bentuk senyuman, perhatian, dan kata-kata yang menenangkan hati. Beliau mengajarkan bahwa sedekah tidak melulu berupa harta, tetapi juga amal kebaikan lain. Dalam hadits riwayat Muslim, beliau bersabda: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” Dengan demikian, setiap Muslim dapat meneladani kedermawanan Nabi sesuai dengan kemampuannya, baik dengan harta maupun dengan sikap yang penuh kebaikan.
Dari teladan Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kita dapat memahami bahwa kedermawanan bukan hanya sebuah sifat, tetapi gaya hidup seorang Muslim. Dengan berbagi, seseorang akan merasakan ketenangan hati, keberkahan hidup, dan limpahan pahala. Rasulullah telah menunjukkan bahwa semakin banyak seseorang memberi, semakin banyak pula kebahagiaan yang ia rasakan, sebab Allah tidak pernah mengurangi harta orang yang bersedekah.
Akhirnya, kedermawanan Nabi Muhammad adalah cermin bagi setiap Muslim untuk selalu berusaha menebar kebaikan tanpa pamrih. Semoga dengan meneladani sifat mulia beliau, kita mampu menjadi pribadi yang lebih peduli, lebih ikhlas, dan lebih dermawan dalam setiap kesempatan. Dengan berbagi, kita bukan hanya membantu sesama, tetapi juga menanam benih pahala yang kelak akan kita petik di akhirat. Kedermawanan Nabi adalah cahaya yang membimbing umat manusia menuju kehidupan yang penuh berkah dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.