Masjid bukan sekadar bangunan fisik yang terdiri dari batu, semen, dan atap semata. Ia adalah simbol kemuliaan Islam, tempat bersimpuhnya manusia kepada Tuhannya, serta pusat peradaban yang menyatukan umat dalam ikatan ibadah, ilmu, dan ukhuwah. Membangun masjid tidak hanya soal mengangkat tiang dan menyusun bata, melainkan sebuah amal mulia yang kelak mendapat ganjaran abadi dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.” Hadits ini tidak menyisakan keraguan sedikit pun bahwa niat dalam membangun masjid harus semata-mata untuk mengharap ridha Allah, bukan untuk pencitraan, bukan pula demi pujian.
Namun, dalam kenyataan hidup yang kompleks, niat seseorang sering kali tercampur dengan motivasi lain yang tidak sepenuhnya bersih. Ada kalanya pembangunan masjid menjadi ajang untuk menunjukkan kekayaan atau kekuasaan. Padahal, sejatinya Allah tidak membutuhkan bangunan megah jika tidak disertai dengan ketulusan hati dan niat yang murni. Justru masjid yang dibangun dengan semangat ikhlas walaupun sederhana akan jauh lebih bernilai di sisi Allah dibanding masjid megah yang sarat kepentingan duniawi.
Kesungguhan dalam membangun masjid karena Allah semata mencerminkan keimanan yang dalam dan kecintaan yang tulus terhadap agama. Ketika seseorang menginfakkan hartanya untuk membangun rumah Allah, berarti ia sedang meletakkan sebagian dari dirinya dalam kebaikan yang akan terus mengalir pahalanya, bahkan setelah ia wafat. Ini adalah bentuk nyata dari investasi akhirat yang abadi dan tidak pernah merugi. Dengan membangun masjid, seseorang telah membuka pintu-pintu amal jariyah yang akan terus hidup selama masjid itu digunakan untuk kebaikan.
Masjid dalam sejarah Islam memiliki peranan yang sangat vital. Rasulullah SAW sendiri memulai dakwahnya di Madinah dengan mendirikan Masjid Quba dan kemudian Masjid Nabawi. Beliau menyadari bahwa masjid bukan hanya tempat salat, tetapi juga pusat aktivitas umat, tempat musyawarah, pendidikan, bahkan perencanaan strategi dakwah dan pertahanan. Karena itu, membangun masjid bukan sekadar proyek fisik, melainkan bagian dari membangun umat dan membina masyarakat agar selalu berada dalam naungan nilai-nilai Islam.
Membangun masjid karena Allah juga menuntut kita untuk menjaga kemurnian fungsi masjid. Masjid harus tetap menjadi tempat yang bersih dari urusan duniawi yang menjauhkan manusia dari Allah. Masjid adalah tempat suci yang seharusnya mempersatukan umat, bukan menjadi sumber perpecahan karena kepentingan politik atau ekonomi. Oleh karena itu, niat dalam pembangunan masjid harus dijaga sejak awal hingga akhir. Ketulusan itu menjadi pondasi yang lebih kuat daripada batu dan semen.
Masyarakat Muslim juga diajak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan masjid. Dalam gotong royong tersebut, terjalin nilai-nilai kebersamaan, ukhuwah, dan saling mendukung satu sama lain. Bahkan, anak-anak dan para santri pun bisa dilibatkan dalam kegiatan yang mendidik mereka untuk cinta terhadap rumah Allah. Salah satu contoh nyata dari semangat kebersamaan itu bisa dilihat dalam program qurban di pesantren. Dengan Kolaborasi santri mewujudkan hasil qurban dengan harga tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa jika niat dan usaha dilandasi oleh keikhlasan, maka keberkahan pun akan mengikuti.
Kita juga tidak boleh lupa bahwa membangun masjid haruslah disertai dengan membangun kualitas manusia yang ada di dalamnya. Sebuah masjid yang megah tapi sepi dari jamaah, kosong dari kajian, dan sunyi dari dzikir, ibarat jasad tanpa ruh. Maka, membangun masjid karena Allah semata harus diiringi dengan komitmen untuk menghidupkannya. Komitmen ini bisa diwujudkan melalui pelaksanaan shalat berjamaah, majelis ilmu, kegiatan sosial, dan pendidikan agama untuk semua kalangan. Dengan demikian, masjid menjadi tempat yang benar-benar hidup dan menghidupkan hati umat.
Satu hal yang sering kali dilupakan adalah bahwa Allah Maha Mengetahui isi hati setiap hamba. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya. Ketika seseorang mengaku membangun masjid karena Allah, tapi hatinya dipenuhi riya’ atau ujub, maka amal itu akan menjadi sia-sia. Sebaliknya, meskipun seseorang memberi sumbangan kecil, tapi tulus dan ikhlas, bisa jadi amalnya lebih berat timbangannya di akhirat. Oleh sebab itu, penting bagi setiap Muslim untuk selalu bermuhasabah dan memperbarui niatnya dalam setiap amal, termasuk dalam pembangunan masjid.
Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam haditsnya yang lain bahwa amal itu tergantung pada niatnya. “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menjadi dasar utama dalam segala amal ibadah, termasuk ketika seseorang memutuskan untuk menyumbangkan harta, tenaga, atau pikiran demi berdirinya sebuah masjid. Bila niatnya karena Allah, maka amal itu akan mengantarkannya kepada surga. Bila tidak, maka hanya sia-sia yang akan dituai.
Di banyak tempat, kita melihat semangat umat Islam dalam membangun masjid begitu tinggi. Ini adalah hal yang patut disyukuri. Namun, perlu juga disadari bahwa masjid bukanlah monumen yang dibanggakan, melainkan amanah yang harus dijaga. Bangunan yang berdiri kokoh harus diiringi dengan keteguhan iman dan keikhlasan hati. Dengan demikian, keberadaan masjid benar-benar menjadi mercusuar spiritual yang menyinari kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Lebih dari itu, semangat membangun masjid karena Allah semata juga mengajarkan kita untuk tidak bersikap individualis. Kita diajak untuk berbagi, untuk saling membantu, dan untuk menguatkan satu sama lain dalam kebaikan. Masjid adalah milik bersama, bukan milik satu orang atau kelompok. Karenanya, semua umat Islam memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya.
Akhirnya, marilah kita jadikan niat sebagai landasan utama dalam setiap amal. Jangan biarkan godaan dunia mencemari keikhlasan kita dalam membangun rumah Allah. Ketika niat telah lurus dan usaha telah maksimal, maka kita serahkan hasilnya kepada Allah. Yakinlah, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang ikhlas. Dan semoga, dengan berdirinya masjid-masjid yang dibangun karena Allah, akan lahir pula generasi-generasi Muslim yang kuat iman, luhur akhlaknya, dan kokoh dalam menjaga agama.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang turut serta membangun masjid karena Allah semata, bukan karena ingin dikenang atau dipuji. Semoga amal kita diterima dan menjadi jalan menuju surga. Dan semoga pula masjid-masjid yang kita bangun menjadi tempat yang penuh berkah, yang memancarkan cahaya Islam, dan yang senantiasa makmur oleh hamba-hamba Allah yang shalih. Aamiin.