(021) 809 4342 administrasiypn@gmail.com

Mencontoh Bagaimana Rasulullah Menjalani Puasa

Oleh

Yayasan Panji Nusantara

Meneladani kehidupan Rasulullah SAW adalah jalan utama bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Meneladani kehidupan Rasulullah SAW adalah jalan utama bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam segala aspek kehidupan, beliau adalah contoh terbaik, termasuk dalam menjalankan ibadah puasa. Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, namun merupakan bentuk pengendalian diri, penyucian jiwa, dan manifestasi ketakwaan. Rasulullah SAW tidak hanya menjalani puasa sebagai kewajiban, namun menjadikannya sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan penuh kesadaran dan cinta.

Sejak fajar menyingsing, Rasulullah SAW memulai puasanya dengan niat yang ikhlas. Niat menjadi fondasi dalam setiap amal. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits shahih, “Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam konteks puasa, niat ini tidak sekadar pengucapan, melainkan kesadaran penuh bahwa hari itu adalah hari ibadah, hari menahan diri dari segala bentuk godaan dunia.

Beliau mengajarkan agar umatnya menyegerakan berbuka saat waktu telah tiba. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan keseimbangan, tidak mempersulit urusan, dan memuliakan waktu-waktu yang telah ditentukan oleh syariat.

Dalam menjalankan puasa, Rasulullah SAW sangat memperhatikan sahur. Beliau bersabda, “Bersahurlah kalian, karena dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Meskipun hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air, beliau tidak pernah meninggalkan sahur. Hal ini menunjukkan bahwa sahur adalah bagian dari sunnah yang memiliki nilai spiritual dan juga manfaat fisik.

Selama berpuasa, beliau senantiasa menjaga lisan, pandangan, dan perbuatan. Puasa menurut beliau bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari ucapan buruk, perbuatan dosa, serta emosi yang tidak terkendali. Dalam sebuah hadits beliau bersabda, “Puasa adalah perisai. Maka jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan: ‘Aku sedang berpuasa.'” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keteladanan beliau dalam puasa juga terlihat dari rutinitas ibadah lainnya yang semakin ditingkatkan. Rasulullah SAW banyak membaca Al-Qur’an, memperbanyak dzikir, memperbanyak doa, serta bersedekah. Bahkan dalam bulan Ramadhan, kedermawanan beliau meningkat pesat seperti angin yang bertiup kencang. Ini menunjukkan bahwa puasa bukanlah ibadah yang berdiri sendiri, melainkan terhubung erat dengan ibadah lainnya, menjadikannya sebuah sistem yang menyeluruh dalam mendidik jiwa.

Rasulullah SAW juga memberikan teladan dalam menjalankan puasa sunnah. Beliau sering melaksanakan puasa Senin dan Kamis, serta puasa Ayyamul Bidh, yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan hijriyah. Dengan kebiasaan ini, beliau mendidik umatnya untuk tidak hanya beribadah secara musiman, tetapi menjadikan puasa sebagai gaya hidup yang membentuk karakter dan disiplin.

Keteladanan ini semestinya menjadi pijakan bagi kita semua dalam menjalani puasa. Tidak hanya mencontoh ritme ibadah beliau, tetapi juga semangat, niat, dan tujuannya. Rasulullah SAW menjalani puasa dengan hati yang lapang, jiwa yang bersih, dan orientasi yang lurus kepada Allah SWT. Oleh karena itu, ketika kita meniru cara beliau dalam berpuasa, kita sebenarnya sedang berusaha memurnikan kembali tujuan hidup kita, menjadikan Allah sebagai poros utama dalam seluruh aktivitas.

Di tengah kesibukan dunia modern, meneladani Rasulullah SAW dalam berpuasa juga berarti menyelaraskan antara pekerjaan dunia dengan kehidupan spiritual. Kita belajar bagaimana mengatur waktu, mengelola emosi, dan menjaga kesehatan dengan berpuasa. Puasa tidak menjadi beban, melainkan menjadi rahmat yang menyelimuti seluruh aspek kehidupan. Saat perut kosong, hati justru menjadi lebih peka, pikiran lebih jernih, dan hubungan dengan sesama menjadi lebih hangat.

Dalam masyarakat yang kini mulai sadar akan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan, banyak lembaga dan yayasan yang mencoba menanamkan nilai-nilai Islam melalui praktik sosial. Salah satunya adalah melalui program qurban yang menjadi bagian dari ibadah tahunan. Yayasan Panji Nusantara mengambil peran penting dalam hal ini, Di sana, Dengan Kolaborasi santri mewujudkan hasil qurban dengan harga tetap setiap tahunnya. Kolaborasi ini bukan hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga mendidik para santri untuk menjadi pemimpin umat yang memahami nilai ibadah dan tanggung jawab sosial.

Dalam proses ini, nilai puasa yang diajarkan Rasulullah SAW turut menjadi inspirasi. Kemandirian, kepedulian, dan kesabaran yang dilatih dalam puasa diterjemahkan ke dalam kerja sama, keikhlasan, dan profesionalisme dalam mengelola qurban. Maka dari itu, meneladani puasa Rasulullah tidak hanya sebatas menahan diri selama siang hari, tetapi juga mempengaruhi seluruh kehidupan, mulai dari manajemen waktu, keuangan, hingga kontribusi terhadap masyarakat.

Mencontoh Rasulullah SAW dalam puasa adalah bentuk kecintaan kita kepada beliau. Ketika kita menjadikan beliau sebagai role model dalam beribadah, kita sedang meniti jalan menuju kesempurnaan iman. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.” (HR. Tirmidzi). Dengan mengikuti sunnah beliau, termasuk dalam hal puasa, kita membuka jalan untuk mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak.

Semoga semangat ini terus tumbuh dalam diri setiap Muslim, khususnya di tengah tantangan zaman yang penuh godaan. Dengan niat yang ikhlas, pemahaman yang benar, dan ketekunan dalam meneladani Rasulullah SAW, kita bisa menjadikan puasa sebagai sarana memperbaiki diri, membentuk akhlak mulia, dan membangun masyarakat yang lebih baik. Karena sesungguhnya, Islam datang untuk menyempurnakan akhlak, dan puasa adalah jalan untuk mencapainya.

Maka, mari kita bangkitkan semangat berpuasa dengan mengikuti jejak Rasulullah SAW. Kita rawat niat dalam hati, kita jaga lisan, kita pelihara amal, dan kita tebarkan kebaikan. Jadikan puasa bukan hanya rutinitas tahunan, tetapi sebagai budaya hidup yang menyehatkan jasmani, menyucikan rohani, dan mempererat ukhuwah. Dengan begitu, kita tak hanya menahan lapar, tetapi juga menjemput keberkahan dari Allah SWT dalam setiap tarikan nafas.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

Popular Post