(021) 809 4342 administrasiypn@gmail.com

Meneladani Sifat Nabi Musa AS: Keteguhan, Keberanian, dan Kesabaran dalam Menghadapi Ujian

Oleh

Yayasan Panji Nusantara

Dalam sejarah kenabian, Nabi Musa Alaihissalam dikenal sebagai sosok yang penuh dengan semangat perjuangan, keberanian luar biasa, dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian yang berat. Kisah hidup beliau menjadi salah satu yang paling sering disebutkan dalam Al-Qur’an, sebagai pelajaran bagi umat manusia tentang bagaimana menghadapi kesulitan dengan iman yang kuat dan keyakinan yang tak tergoyahkan kepada Allah. Meneladani sifat-sifat Nabi Musa berarti mempelajari bagaimana seorang hamba yang diberi amanah besar tetap mampu menjaga komitmennya terhadap tauhid meskipun menghadapi musuh yang kuat seperti Fir’aun dan kaumnya yang keras kepala.

Salah satu sifat yang sangat menonjol dari Nabi Musa adalah keberaniannya yang luar biasa. Dalam menghadapi Fir’aun, seorang raja tiran yang mengklaim dirinya sebagai tuhan, Musa tidak pernah mundur. Dengan hanya bermodalkan tongkat dan saudara kandungnya, Harun, Musa menghadap Fir’aun dengan kalimat yang lembut namun penuh keyakinan. Ini menunjukkan bahwa keberanian dalam Islam tidak harus kasar atau penuh amarah, tetapi bisa dibalut dengan kelembutan dan akhlak yang luhur. Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan bagaimana Musa berkata kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lembut, sebagai bentuk dakwah yang bijaksana. Di sinilah kita belajar bahwa keberanian bukan hanya terletak pada kekuatan fisik, melainkan pada kepercayaan bahwa kebenaran akan selalu menang ketika dibarengi dengan keimanan.

Selain keberanian, Nabi Musa juga dikenal dengan ketegasannya. Ketika kaumnya melenceng dari ajaran yang dibawanya, ia tidak segan untuk menegur dan mengarahkan mereka kembali ke jalan yang benar. Namun, di balik ketegasan itu, terdapat hati yang lembut dan penuh kasih sayang terhadap umatnya. Ia tidak pernah lelah membimbing mereka, meskipun berulang kali mereka membangkang. Bahkan, ketika kaumnya menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri, Musa tidak langsung meninggalkan mereka, melainkan berusaha keras untuk menyadarkan dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus.

Kesabaran merupakan sifat lain yang menjadi teladan dari kehidupan Nabi Musa. Dalam perjalanannya membimbing Bani Israil, Musa menghadapi berbagai tantangan yang menguras tenaga dan perasaan. Ia menghadapi pengkhianatan, keluhan yang terus-menerus, bahkan permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari kaumnya. Namun demikian, Musa tetap bersabar dan terus memohon pertolongan kepada Allah. Ia tahu bahwa sebagai seorang nabi, tugasnya adalah menyampaikan risalah, sementara hidayah adalah milik Allah. Rasulullah Muhammad ﷺ pernah bersabda, “Janganlah kamu menganggap aku lebih baik dari Musa,” (HR. Bukhari dan Muslim), menunjukkan betapa tinggi kedudukan dan penghormatan beliau terhadap Nabi Musa. Ini menunjukkan bahwa Musa bukan hanya nabi yang besar dalam kisah, tetapi juga dalam akhlak dan perjuangan.

Kecintaan Nabi Musa kepada Allah juga tergambar dalam banyak peristiwa. Salah satunya adalah saat beliau memohon agar dapat melihat Allah secara langsung. Meskipun permintaan itu tidak dikabulkan dalam bentuk yang beliau harapkan, namun permintaan tersebut menunjukkan betapa besar kerinduan Musa terhadap Tuhannya. Keinginan itu bukan karena ragu, tetapi karena cinta yang begitu dalam. Allah pun memilih Musa untuk berbicara langsung tanpa perantara, menjadikannya sebagai “Kalimullah”, yang artinya orang yang diajak berbicara langsung oleh Allah. Ini adalah penghormatan yang sangat tinggi, menunjukkan bahwa hubungan Musa dengan Tuhannya sangat dekat dan penuh keimanan.

Keteguhan Nabi Musa juga tampak saat beliau menuntun Bani Israil keluar dari Mesir dan mengejar kebebasan dari perbudakan. Dalam peristiwa laut terbelah, Musa menunjukkan kepercayaannya yang mutlak kepada Allah. Saat dihadapkan dengan lautan di depan dan pasukan Fir’aun di belakang, kaum Bani Israil mulai panik dan merasa tidak akan selamat. Namun Musa dengan penuh keyakinan berkata, “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62). Dan benar, dengan izin Allah, laut pun terbelah, dan Musa serta pengikutnya dapat melewati jalan kering yang terbentang di tengah lautan. Kisah ini menjadi pelajaran besar tentang pentingnya bertawakal, bahkan di saat-saat yang paling genting sekalipun.

Sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Musa adalah cermin bagi kita semua. Keberanian dalam menyampaikan kebenaran, keteguhan dalam menghadapi ujian, kesabaran dalam membimbing umat, serta cinta yang mendalam kepada Allah adalah karakter yang seharusnya dihidupkan dalam setiap jiwa muslim. Meneladani Nabi Musa berarti berusaha menanamkan prinsip-prinsip tauhid yang kokoh, menjalani hidup dengan keberanian yang lurus, serta berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dalam segala kondisi. Di tengah dunia yang penuh dengan tantangan moral dan keimanan, meniru keteladanan Nabi Musa adalah solusi terbaik untuk menjaga hati dan langkah tetap berada dalam cahaya petunjuk Ilahi.

Popular Post