Ketika membicarakan sosok yang penuh kasih sayang dan kelembutan hati, maka Nabi Muhammad SAW adalah figur utama yang tidak bisa dilewatkan. Rasulullah dikenal luas sebagai pribadi yang tidak hanya agung dalam kepemimpinan, namun juga halus dalam perasaan dan sangat peduli terhadap mereka yang lemah dan membutuhkan. Salah satu kelompok yang paling mendapatkan perhatian khusus dari beliau adalah anak-anak yatim. Hal ini bukan tanpa alasan, karena sejak kecil Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang yatim. Pengalaman kehilangan ayah sebelum lahir dan ibunda di usia dini membentuk empati dan kedekatan emosional yang sangat kuat kepada anak-anak yatim.
Cinta dan kasih sayang Nabi Muhammad SAW kepada anak-anak yatim bukan sekadar bentuk simpati, tetapi merupakan bagian dari misi kenabiannya untuk melindungi yang lemah, mengangkat derajat yang tertindas, dan mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Dalam kehidupan sehari-harinya, beliau senantiasa memperlihatkan kepedulian nyata kepada anak-anak yatim, baik dalam bentuk bantuan materi, pengayoman emosional, maupun perhatian spiritual. Rasulullah tidak pernah membiarkan mereka merasa terasing atau ditinggalkan oleh masyarakat. Sebaliknya, beliau menjadikan mereka bagian penting dari komunitas Islam yang utuh dan penuh cinta.
Al-Qur’an sendiri memberi penekanan yang besar terhadap perlakuan baik terhadap anak yatim. Allah SWT berfirman dalam surat Ad-Dhuha ayat 6-9: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu bingung, lalu Dia memberi petunjuk. Dan Dia mendapatimu miskin, lalu Dia memberi kekayaan. Maka terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.” Ayat ini menggambarkan bagaimana Allah mengangkat Nabi Muhammad SAW dari kondisi yang penuh kekurangan, lalu memberinya kemuliaan. Sebagai balasannya, Nabi diajarkan untuk memperlakukan anak-anak yatim dengan penuh kasih dan tidak menyakiti hati mereka.
Rasulullah pun memperkuat pesan ini dengan sabda yang sangat menyentuh. Dalam hadits riwayat Bukhari, beliau bersabda: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini,” kemudian beliau mengisyaratkan dengan dua jari beliau, yaitu jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan keduanya. Hadits ini menunjukkan betapa dekatnya kedudukan orang yang peduli kepada anak yatim dengan Nabi di surga kelak. Ini bukan hanya janji kemuliaan, melainkan dorongan yang kuat bagi umat Islam untuk senantiasa memperhatikan nasib anak-anak yatim.
Kasih sayang Nabi kepada anak-anak yatim juga terlihat dalam berbagai peristiwa. Beliau selalu menyambut mereka dengan senyuman, memperlakukan mereka dengan kelembutan, dan tidak membeda-bedakan antara mereka dan anak-anak lainnya. Jika ada anak yatim yang kehilangan orang tua dan datang mengadu kepada beliau, Nabi akan memeluknya, menenangkan hatinya, dan memberikan perhatian yang luar biasa. Beliau menyadari bahwa kehilangan sosok ayah atau ibu adalah luka besar bagi anak-anak, dan untuk mengobatinya diperlukan cinta yang tulus dan berkelanjutan.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ini menjadi teladan nyata bagi umatnya. Dalam masyarakat yang penuh ketimpangan dan ketidakpedulian, kehadiran anak-anak yatim sering kali terabaikan. Mereka hidup dalam keterbatasan, kekurangan, bahkan kadang diperlakukan tidak adil oleh lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Rasulullah ingin membangun peradaban yang berasaskan kasih sayang dan keadilan, di mana anak-anak yatim tidak menjadi korban sistem, melainkan bagian yang mendapat perlindungan dan kasih dari seluruh umat.
Dalam sejarah Islam, banyak sekali contoh nyata dari kepedulian Rasulullah terhadap anak-anak yatim. Beliau sering memberikan bagian dari hartanya untuk membantu mereka, mendorong para sahabat untuk menyantuni mereka, dan menjadikan perlindungan terhadap anak yatim sebagai ukuran moral seseorang. Bahkan dalam khutbah-khutbah beliau, Nabi tidak lupa mengingatkan umat agar tidak menelantarkan anak yatim dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih dan hormat.
Mengapa Nabi sangat mencintai anak-anak yatim? Jawabannya terletak pada nilai-nilai spiritual yang mendalam. Anak yatim adalah simbol dari ketidakberdayaan, dan Islam hadir sebagai agama yang mengangkat harkat manusia. Dalam Islam, kemuliaan seseorang tidak diukur dari kekayaan atau status sosial, tetapi dari seberapa besar kepedulian dan kasih yang ia berikan kepada sesama, khususnya kepada mereka yang membutuhkan. Dengan mencintai anak yatim, seorang Muslim sedang menunjukkan bahwa ia memahami dan menjalankan esensi dari ajaran Islam itu sendiri.
Selain itu, Nabi juga menginginkan agar umat Islam menjadi manusia yang berjiwa sosial tinggi. Ia ingin agar dalam setiap rumah umatnya terdapat perhatian terhadap anak yatim. Bahkan, beliau menyebutkan bahwa mengusap kepala anak yatim adalah amal yang sangat besar pahalanya. Dalam hadits lain disebutkan, “Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap helai rambut yang diusap akan dicatat sebagai kebaikan.” (HR. Ahmad). Hadits ini menggambarkan betapa sederhana namun bermaknanya tindakan kasih kepada anak-anak yatim.
Sikap Nabi Muhammad SAW ini mengajarkan bahwa anak-anak yatim bukanlah beban masyarakat, melainkan titipan Allah yang harus dijaga dan dibina. Mereka memiliki hak untuk dicintai, dididik, dan diberi kesempatan untuk tumbuh menjadi insan yang mulia. Dan cinta yang diberikan kepada mereka adalah bentuk cinta kepada Allah, karena Allah-lah yang menitipkan mereka kepada umat manusia untuk dirawat dan dipelihara.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa kepedulian Nabi kepada anak-anak yatim bukan sekadar aspek kemanusiaan, tetapi juga merupakan bagian dari ibadah dan penghambaan kepada Allah. Beliau ingin agar setiap Muslim tidak hanya menjadi pribadi yang taat secara ritual, tetapi juga peduli secara sosial. Karena agama yang sejati adalah agama yang membela yang lemah, merangkul yang ditinggalkan, dan memuliakan yang terabaikan.
Kasih sayang Nabi Muhammad SAW kepada anak-anak yatim adalah cermin dari cinta yang tidak bersyarat. Cinta yang lahir dari pengalaman pribadi, dibalut dengan keimanan yang mendalam, dan diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata yang penuh kasih. Inilah cinta sejati, cinta yang mengangkat yang hina menjadi mulia, yang menyentuh jiwa dan menyembuhkan luka. Dan semoga kita semua bisa meneladani cinta itu, mencintai anak-anak yatim sebagaimana Rasulullah mencintai mereka, agar kita pun layak berada dekat dengan beliau di surga kelak