(021) 809 4342 administrasiypn@gmail.com

Mensyukuri Nikmat yang Allah Telah Berikan

Oleh

Yayasan Panji Nusantara

Setiap detik kehidupan kita adalah rangkaian nikmat yang tiada terhitung jumlahnya. Dari hembusan napas pertama di pagi hari, kemampuan melihat indahnya cahaya, mendengar suara orang yang kita cintai, hingga merasakan kehangatan kasih sayang keluarga, semua itu adalah anugerah dari Allah yang tidak bisa dibeli dengan harta. Nikmat-nikmat ini sering kali kita anggap biasa, padahal sejatinya ia adalah bukti kasih sayang dan rahmat Allah yang begitu besar kepada hamba-Nya.

Rasa syukur adalah kunci untuk menjaga dan menambah nikmat tersebut. Allah menegaskan dalam Al-Qur’an, “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu kufur (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Ayat ini tidak hanya memberi janji, tetapi juga peringatan. Janji bahwa syukur akan membuka pintu keberkahan, dan peringatan bahwa kelalaian dalam bersyukur bisa mengundang hilangnya nikmat.

Syukur sejati bukanlah sekadar ucapan “Alhamdulillah” di bibir, tetapi diwujudkan dalam hati yang selalu mengakui kemurahan Allah, lisan yang memuji-Nya, dan anggota tubuh yang digunakan untuk berbuat kebaikan. Ketika seseorang menggunakan kekuatan fisiknya untuk membantu sesama, memanfaatkan hartanya untuk menolong yang membutuhkan, serta memanfaatkan ilmunya untuk mengajarkan kebenaran, sesungguhnya ia sedang bersyukur dengan amal.

Rasulullah ﷺ mengajarkan pentingnya menghargai nikmat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Barangsiapa di antara kalian berada di waktu pagi dalam keadaan aman di rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah dikumpulkan untuknya.” Hadits ini mengingatkan kita bahwa nikmat keamanan, kesehatan, dan kecukupan adalah kekayaan yang jauh lebih berharga daripada tumpukan harta yang tidak bermanfaat.

Sayangnya, manusia sering terlena dan baru menyadari nilai nikmat ketika ia telah hilang. Ketika sehat, kita jarang menggunakannya untuk beribadah dan berbuat baik, tetapi ketika sakit, barulah kita menyesal dan berharap waktu kembali. Begitu pula ketika kita memiliki kelapangan rezeki, sering kali kita menunda sedekah, padahal saat kesempitan datang, kita baru mengerti betapa besar arti kecukupan itu. Oleh sebab itu, mensyukuri nikmat harus dilakukan saat nikmat itu sedang kita miliki, bukan hanya ketika ia telah pergi.

Bersyukur juga membuat hati menjadi tenang. Orang yang bersyukur akan fokus pada apa yang ia punya, bukan meratapi apa yang belum ia miliki. Sikap ini melahirkan ketenteraman batin, menjauhkan dari sifat iri dan dengki, serta menumbuhkan rasa optimis dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang tidak bersyukur akan terus merasa kurang, meskipun harta melimpah dan kedudukan tinggi. Hatinya selalu gelisah karena terjebak dalam keinginan yang tidak ada ujungnya.

Nikmat Allah tidak hanya berbentuk materi, tetapi juga mencakup nikmat iman dan Islam. Nikmat ini adalah yang paling agung, karena dengan iman kita mengenal tujuan hidup, memahami perintah dan larangan-Nya, serta mengetahui jalan menuju keselamatan abadi. Tanpa iman, kemewahan dunia menjadi kosong, dan kebebasan yang dimiliki tidak memiliki arah yang jelas. Maka, menjaga iman dengan ibadah yang khusyuk dan akhlak yang mulia adalah bentuk syukur yang paling tinggi.

Selain itu, salah satu wujud syukur adalah menerima segala ketentuan Allah dengan lapang dada. Hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan, tetapi orang yang bersyukur memahami bahwa setiap takdir mengandung hikmah. Bahkan ujian dan musibah pun dapat menjadi nikmat tersembunyi yang menghapus dosa dan mengangkat derajat di sisi-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Muslim, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, seluruh urusannya adalah kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu juga baik baginya.”

Dengan memahami hal ini, kita menyadari bahwa bersyukur bukan hanya saat mendapatkan hal yang menyenangkan, tetapi juga saat menerima ujian yang penuh hikmah. Sebab, nikmat dan cobaan keduanya adalah bagian dari skenario Allah untuk mendidik hamba-Nya.

Akhirnya, mensyukuri nikmat yang Allah berikan adalah bekal untuk meraih keberkahan hidup. Syukur membuka pintu rezeki, menumbuhkan ketenangan hati, mempererat hubungan dengan sesama, dan yang terpenting, mengundang ridha Allah. Maka, marilah kita senantiasa memelihara rasa syukur dalam setiap keadaan, menggunakannya untuk kebaikan, dan menjadikannya sebagai cahaya yang membimbing langkah kita hingga akhir hayat. Dengan demikian, kita tidak hanya menikmati nikmat di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk meraih kenikmatan yang kekal di akhirat kelak.

Popular Post