Dalam kehidupan yang terus bergulir, ada tiga golongan yang seharusnya menjadi pusat perhatian, cinta, dan pengabdian seorang Muslim, yaitu orangtua, kaum dhuafa, dan para lansia. Ketiga kelompok ini seringkali luput dari perhatian masyarakat yang sibuk mengejar dunia, padahal di balik kelemahan fisik dan kebutuhan mereka, tersimpan pintu-pintu keberkahan yang luar biasa. Islam sebagai agama yang penuh rahmat memberikan arahan yang sangat jelas tentang pentingnya menyayangi dan memuliakan mereka. Rasa cinta dan hormat kepada orangtua, kepedulian terhadap kaum dhuafa, serta perhatian kepada lansia adalah cerminan dari keimanan yang hidup dan hati yang lembut.
Orangtua adalah sumber keberkahan hidup. Mereka yang sejak awal kehidupan telah berkorban segalanya untuk anak-anaknya, layak mendapatkan balasan yang tidak hanya berupa materi, tetapi juga rasa hormat dan kasih yang tulus. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 23, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” Ayat ini bukan hanya perintah, tetapi bentuk penghargaan tinggi terhadap peran orangtua dalam membentuk pribadi dan masa depan anak-anaknya.
Kasih sayang kepada orangtua harus terus mengalir sepanjang waktu, tidak terbatas pada masa mereka membesarkan kita, tetapi juga ketika mereka telah lanjut usia, bahkan setelah mereka wafat. Rasulullah SAW bersabda, “Ridha Allah tergantung pada ridha orangtua dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa keridhaan orangtua bukan sekadar formalitas, tetapi syarat penting dalam meraih cinta Ilahi.
Di sisi lain, kaum dhuafa—mereka yang lemah dalam segi ekonomi dan sosial—juga memiliki tempat khusus dalam ajaran Islam. Mereka adalah ujian bagi hati dan kesadaran kita. Apakah kita bersedia berbagi dari apa yang kita miliki, ataukah kita memilih untuk menutup mata? Rasulullah SAW sangat mencintai kaum dhuafa dan menyebut mereka sebagai kelompok yang membawa pertolongan Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Carilah aku di tengah-tengah orang-orang lemah, karena sesungguhnya kalian diberi rezeki dan ditolong karena orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Abu Dawud).
Menyayangi kaum dhuafa bukan hanya tentang memberi sedekah, tetapi juga memberi kesempatan, mendengarkan mereka, dan mengangkat derajat mereka di mata masyarakat. Kita tidak tahu, mungkin doa dari seorang dhuafa yang kita bantu dengan tulus adalah sebab dari turunnya keberkahan dalam hidup kita. Kasih sayang kepada mereka haruslah ikhlas, bukan untuk pencitraan atau pujian manusia. Sebab, Allah-lah yang menilai setiap niat dan amal.
Kemudian, para lansia—mereka yang telah melewati banyak fase kehidupan—adalah cermin pengalaman dan kebijaksanaan. Meski tubuh mereka tak lagi sekuat dulu, semangat dan ilmu mereka sering kali menjadi lentera bagi generasi muda. Dalam Islam, menghormati orang tua usia lanjut adalah bentuk kemuliaan akhlak. Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak-anak kecil dan tidak menghormati orang tua kami.” (HR. Ahmad).
Dengan kolaborasi santri mewujudkan hasil qurban dengan harga tetap setiap tahunnya, kita melihat bagaimana kaum muda, khususnya para santri, ikut serta dalam menjaga dan memperhatikan kelompok yang membutuhkan, termasuk para orangtua, dhuafa, dan lansia. Kegiatan seperti ini bukan hanya soal teknis qurban, tetapi juga sarana menanamkan nilai empati dan kasih sayang dalam diri generasi penerus umat.
Saat kita menyayangi orangtua, kita sedang menanam pohon pahala yang akan terus tumbuh hingga akhir hayat. Ketika kita menyantuni dhuafa, kita sedang membersihkan harta kita dan melatih hati untuk tidak tamak. Dan ketika kita menghormati lansia, kita sedang menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan mewariskan adab luhur kepada anak cucu kita. Semua ini adalah bentuk ibadah yang memiliki tempat tersendiri di sisi Allah.
Menyayangi tidak harus dalam bentuk besar atau mewah. Sering kali, kata-kata lembut, perhatian kecil, atau sekadar mendengarkan cerita mereka adalah wujud cinta yang sangat berarti. Seorang anak yang mencium tangan orangtuanya setiap pagi dan mendoakan mereka, seorang dermawan yang membagikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan, atau seorang pemuda yang membantu menyeberangkan seorang lansia di jalan, semuanya adalah manifestasi dari akhlak mulia yang sangat diridhai Allah.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, kita seringkali lupa untuk berhenti sejenak dan bertanya, “Apakah orangtuaku bahagia? Apakah di sekelilingku ada yang lapar? Apakah ada yang kesepian dan butuh ditemani?” Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk menjaga kepekaan sosial dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Jangan sampai kita menjadi generasi yang sukses secara duniawi, namun lalai dalam mengurus amanah sosial dan spiritual.
Semoga kita semua diberi hati yang lembut, yang mudah tersentuh oleh derita sesama, dan tangan yang ringan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Semoga cinta kita kepada orangtua, kepedulian kepada dhuafa, dan penghormatan kepada lansia menjadi jalan kita menuju ridha Allah dan tempat terbaik di akhirat kelak.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang senantiasa menyayangi orangtua, memuliakan kaum dhuafa, dan menghormati para lansia. Berikanlah kami kekuatan untuk selalu berbagi, keikhlasan untuk melayani, dan kesabaran untuk terus peduli. Aamiin.