Di antara banyaknya amal kebaikan yang dianjurkan dalam Islam, memelihara anak yatim memiliki tempat yang sangat istimewa. Rasulullah SAW sendiri memberikan perhatian yang besar terhadap anak-anak yatim, mengajarkan kepada umatnya bahwa menyayangi dan memperhatikan mereka adalah salah satu bentuk ibadah yang paling dicintai Allah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’d RA, Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim akan berada di surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR. Bukhari). Hadits ini menggambarkan betapa dekatnya kedudukan orang yang memelihara anak yatim dengan Rasulullah di surga kelak.
Memelihara anak yatim bukan hanya tentang memberikan bantuan materi, tetapi juga tentang memberikan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan yang mereka butuhkan. Anak yatim seringkali kehilangan cinta dan rasa aman setelah kehilangan orang tua, dan dalam kondisi seperti ini, mereka sangat membutuhkan dukungan emosional untuk bisa bangkit dan meraih masa depan yang lebih baik. Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat mulia dan memastikan bahwa mereka tidak terabaikan dalam masyarakat.
Di masa Rasulullah SAW, banyak sahabat yang menjadi teladan dalam merawat anak yatim. Mereka memahami bahwa merawat anak yatim bukan hanya tugas sosial, tetapi juga jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan, banyak dari mereka yang secara sukarela mengasuh anak-anak yatim meski kondisi ekonomi mereka sendiri tidak begitu baik. Ini menunjukkan betapa kuatnya semangat solidaritas dalam Islam, di mana kepedulian terhadap anak yatim dianggap sebagai cerminan dari iman yang kuat.
Selain itu, Al-Qur’an juga menegaskan pentingnya memperhatikan anak yatim dalam banyak ayat. Salah satunya dalam Surah Ad-Dhuha ayat 9-11, Allah berfirman, “Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” Ayat ini mengajarkan bahwa memperlakukan anak yatim dengan baik adalah tanda dari hati yang penuh kasih dan rasa syukur kepada Allah.
Memelihara anak yatim juga memiliki banyak hikmah yang mendalam. Selain mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah, seseorang yang memelihara anak yatim akan merasakan keberkahan dalam hidupnya, baik dalam hal harta, keluarga, maupun ketenangan batin. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka baginya pahala kebaikan sebanyak setiap helai rambut yang disentuhnya.” (HR. Ahmad). Hadits ini menunjukkan betapa besar ganjaran yang Allah siapkan bagi mereka yang memperhatikan anak yatim dengan hati yang tulus.
Namun, perhatian kepada anak yatim tidak boleh hanya sebatas bantuan finansial. Mereka juga membutuhkan pendidikan, bimbingan moral, dan dukungan psikologis untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berakhlak mulia. Dalam banyak kesempatan, Rasulullah SAW selalu menekankan pentingnya memperlakukan anak yatim dengan penuh kasih sayang, mengingatkan umatnya untuk tidak memperlakukan mereka dengan kasar atau meremehkan perasaan mereka.
Oleh karena itu, merawat anak yatim bukan hanya tentang memberikan materi, tetapi juga tentang membangun hubungan emosional yang kuat dengan mereka. Ini bisa dilakukan dengan cara sering berinteraksi, mendengarkan keluh kesah mereka, dan memberikan dukungan moral yang mereka butuhkan. Dengan demikian, anak yatim tidak hanya merasa diterima dalam masyarakat, tetapi juga merasa dicintai dan dihargai sebagai bagian dari keluarga besar umat Islam.
Sebagai kesimpulan, memelihara anak yatim adalah amal yang sangat dianjurkan dalam Islam, yang mendekatkan seseorang kepada Rasulullah di surga seperti kedekatan dua jari. Ini adalah bentuk ibadah yang penuh dengan keberkahan, yang tidak hanya memberikan pahala di akhirat, tetapi juga membawa ketenangan dan kebahagiaan di dunia. Dengan meneladani sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam merawat anak yatim, kita tidak hanya membangun kehidupan yang lebih baik untuk mereka, tetapi juga menambah kebaikan bagi diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.